Rabu, 19 November 2014

Pemanfaatan Telematika (Remote Sensing) di Bidang Perikanan

Sebelum mengenal lebih jauh apa itu remote sensing, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu Telematika?.
Telematika adalah singkatan dari Telekomunikasi dan Informatika. Istilah telematika sering dipakai untuk beberapa macam bidang, sebagai contoh adalah:
a)      Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
b)      Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology). Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
Jadi telematika itu sendiri dapat diartikan sebagai sistem jaringan komunikasi jarak jauh dengan teknologi informasi yang lebih mengacu kepada industri yang berhubungan dengan penggunakan komputer dalam sistem telekomunikasi. Salah satu contoh telematika yaitu internet.
Istilah telematika juga sering dipakai untuk beberapa macam bidang, seperti :
  • Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
  • Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology).
  • Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
Dalam telematika, ada yang disebut sebagai Computer Vision. Apa itu Computer Vision? Watch and learn.
Computer Vision adalah ilmu dan teknologi mesin yang melihat, di mana mesin mampu mengekstrak informasi dari gambar yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Sebagai suatu disiplin ilmu, visi komputer berkaitan dengan teori di balik sistem buatan bahwa ekstrak informasi dari gambar. Data gambar dapat mengambil banyak bentuk, seperti urutan video, pandangan dari beberapa kamera, atau data multi-dimensi dari scanner medis. Sedangkan sebagai disiplin teknologi, computer vision berusaha untuk menerapkan teori dan model untuk pembangunan sistem computer vision.
Computer Vision didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana komputer dapat mengenali obyek yang diamati. Cabang ilmu ini bersama Artificial Intelligence akan mampu menghasilkanVisual Intelligence System. Perbedaannya adalah Computer Vision lebih mempelajari bagaimana komputer dapat mengenali obyek yang diamati. Namun komputer grafik lebih ke arah pemanipulasian gambar (visual) secara digital. Bentuk sederhana dari grafik komputer adalah grafik komputer 2D yang kemudian berkembang menjadi grafik komputer 3D, pemrosesan citra, dan pengenalan pola. Grafik komputer sering dikenal dengan istilah visualisasi data.
Computer Vision adalah kombinasi antara :
  • Pengolahan Citra (Image Processing), bidang yang berhubungan dengan proses transformasi citra/gambar (image). Proses ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas citra yang lebih baik.
  • Pengenalan Pola (Pattern Recognition), bidang ini berhubungan dengan proses identifikasi obyek pada citra atau interpretasi citra. Proses ini bertujuan untuk mengekstrak informasi/pesan yang disampaikan oleh gambar/citra.
Beberapa aplikasi yang dihasilkan dari Computer Vision antara lain :
  1. Psychology, AI
  2. Optical Character Recognition
  3. Remote Sensing
  4. Medical Image Analysis
  5. Industrial Inspection
  6. Robotic
Baiklah. Setelah berbasa-basi, saatnya menuju topik utama. Topik utama nya adalahRemote Sensing dimana pembahasannya akan lebih dipersempit ke bidang perikanan. Berikut pembahasannya.
Teknologi Remote Sensing (Penginderaan Jauh / Inderaja) di Bidang Perikanan
Sebagaimana diketahui bahwa dua pertiga bagian dunia adalah lautan, begitu pula dengan wilayah Indonesia terdiri dari 62% ( ± 3,1 juta km2) berupa laut dan daerah pesisir. Karena negara Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa, mempunyai karakteristik yang unik karena di wilayah perairan tersebut sering terjadi interaksi antara massa air yang datang dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pertemuan massa air dari kedua samudera tersebut terdapat pada daerah-daerah wilayah perairan laut Indonesia.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia menghadapi beberapa kendala, contohnya antara lain kondisi masyarakat pesisir, khususnya nelayan yang masih termarginalkan, adanya gejala overfishing di beberapa wilayah perairan, atau adanya pencurian ikan oleh armada nelayan asing. Dan bila dicari hubungan dari beberapa kasus tersebut tampaknya dapat ditarik benang merah antara kemiskinan nelayan dan gejala overfishing serta pencurian ikan, yang antara lain disebabkan kurangnya informasi atau ketidak tahuan nelayan mengenai daerah-daerah surplus perikanan yang sifatnya sudah tentu sangat seasonable dan conditional. Kurangnya informasi ini menyebabkan terjadinya rutinitas penangkapan ikan pada areal yang sama, sementara di lain tempat nelayan asing yang sudah mempunyai informasi yang handal menangkap ikan di daerah yang surplus yang seharusnya menjadi hak nelayan lokal. Tidak bisa dipungkiri peran iptek sangat kental sekali disini, dimana tanpa adanya dukungan iptek yang handal akan sulit bagi nelayan untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini mengelilingi mereka. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba mengkaji dukungan teknologi yang menyangkut informasi kepada nelayan lokal, sehingga mereka dapat mengetahui dengan pasti wilayah perairan yang surplus ikan.
Teknologi ini antara lain adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing, suatu teknologi yang telah banyak digunakan negara-negara maju, seperti armada perikanan jepang, untuk pengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan mereka. Teknologi pada dasarnya memanfaatkan gejala alam, yang dengan akal pikiran manusia dapat diterjemahkan ke dalam suatu bentuk iptek (pengetahuan), yang digunakan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan umat manusia, khususnya nelayan. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat kontribusi fenomena alam pada perkembangan teknologi remote sensing (penginderaan jauh / inderaja), serta bagaimana dukungan teknologi ini terhadap produktivitas perikanan. Karena pada prinsipnya adanya teknologi inderaja ini diharapkan dapat memperluas informasi perikanan kepada nelayan sehingga kesejahteraannya kehidupannya dapat ditingkatkan.
Dalam kaitannya dengan teknologi inderaja, fenomena merambatnya (propagation) energi matahari ke bumi dan reaksi dari obyek-obyek di bumi terhadap energi matahari tersebut (obyek di bumi dapat memantulkan/reflected, memancarkan/emitted, mengalirkan/transmitted maupun menyerap/ absorbed energi matahari yang datang padanya), menjadi unsur utama yang harus ditelaah dan dapat membuahkan ilmu. Selain itu, angkasa luar beserta fenomenanya, yaitu tidak adanya gaya gravitasi, karakteristik planet-planet di alam semesta maupun perputaran bumi pada porosnya membuat manusia menciptakan satelit yang mengorbit di angkasa luar, sama seperti planet-planet di alam tersebut. Kemudian untuk menghubungkan fenomena energi matahari dengan perkembangan teknologi satelit ini, manusia menciptakan alat optik yang diletakan pada satelit dan dapat merekam energi matahari yang dipantulkan (reflected) , diserap (absorbed) maupun di pancarkan (emitted) oleh obyek-obyek di bumi. Sehingga terjadilah apa yang disebut dengan teknologi inderaja optik (optical remote sensing) yang antara lain dapat menggunakan wahana satelit sebagai sarananya atau dikenal dengan sebutan satellite remote sensing. Fenomena yang terjadi di alam pada dasarnya mengacu pada kaidah bahwa energi matahari yang berinteraksi dengan obyek-obyek di bumi ini berada pada kisaran gelombang elektromagnetik tertentu (sebagaimana dijelaskan pada Gambar 1).
Dalam perjalanannya, sebagian dari energi ini akan dipantulkan oleh partikel debu maupun molekul air ataupun mengalami refraksi (scattered radiation) pada lapisan atmosfir. Sementara sebagian dapat berinteraksi dengan bumi dan dapat dipantulkan (reflected energy), diserap (absorbed energy), ataupun dialirkan ke lapisan lain (transmitted energy). Data yang dipantulkan obyek di bumi (disebut sebagai nilai reflectance) ini yang direkam oleh sensor pada satelit, dikirim ke stasiun bumi dan diterjemahkan sebagai nilai kecerahan (brightness value) atau nilai digital (digital value) saat disimpan pada computer compatible tape (CCT) untuk pemanfaatan lebih lanjut (lihat Gambar 2).
Gambar 1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Lillesand and Kiefer, 1987)
Dalam perjalanannya, sebagian dari energi ini akan dipantulkan oleh partikel debu maupun molekul air ataupun mengalami refraksi (scattered radiation) pada lapisan atmosfir. Sementara sebagian dapat berinteraksi dengan bumi dan dapat dipantulkan (reflected energy), diserap (absorbed energy), ataupun dialirkan ke lapisan lain (transmitted energy). Data yang dipantulkan obyek di bumi (disebut sebagai nilai reflectance) ini yang direkam oleh sensor pada satelit, dikirim ke stasiun bumi dan diterjemahkan sebagai nilai kecerahan (brightness value) atau nilai digital (digital value) saat disimpan pada computer compatible tape (CCT) untuk pemanfaatan lebih lanjut (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Uraian interaksi obyek-obyek di permukaan bumi dengan gelombang elektromagnetik sehingga dihasilkan citra inderaja
Energi elektromagnetik yang dipantulkan, diserap, dialirkan maupun di pancarkan ini sifatnya sangat bervariasi tergantung pada karakteristik obyek-obyek di permukaan bumi tersebut. Keadaan ini menunjukan bahwa setiap obyek dibumi mempunyai spectral respond (reaksi spektral) yang berbeda. Hal inilah yang dimanfaatkan dalam sistim inderaja melalui sistim sensor pada satelit yang juga mempunyai spectral sensitivity (kepekaan terhadap spektral) tertentu sebagai dasar terbentuknya data inderaja. Adapun karakteristik spektral dari beberapa unsur-unsur utama di permukaan bumi, yaitu tumbuhan, tanah dan air dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Karakteristik spektral reflektansi tanah, air dan vegetasi (Lillesandand Kiefer, 1987)
Dengan mengacu pada fenomena alam yang menunjukan adanya karakteristik obyek di bumi yang sangat spesifik dalam merespond energi matahari (yang berada pada spektrum elektromagnetik), yang antara lain ditunjukan pada gambar 3. Dapat dilihat peranan spektrum tampak mata (visible spectrum) untuk sumberdaya kelautan, yang ditunjukan oleh kurva reflectancenya pada tubuh air. Spektrum ini mempunyai panjang gelombang berkisar antara 0.4-0.7 um, yang terdiri dari spektrum tampak mata biru (visible blue) dengan panjang gelombang 0.4–0.5 um, spektrum tampak mata hijau (visible green) dengan panjang gelombang 0.5–0.6 um dan spektrum tampak mata merah (visible red) dengan panjang gelombang 0.6–0.7 um (Jensen, 1986; Lillesand and Kiefer, 1987; Swain and Davis, 1978).
Kemampuan merambat (propagation) di dalam kolom air dari ketiga spektrum tampak mata tersebut dan reaksi spektralnya sangatlah beragam. Gelombang tampak mata biru (visible blue) mempunyai kemampuan rambat yang sangat tinggi, dimana gelombang ini dapat menebus lapisan air sampai ke dalaman 100 m (Nybakken, 1992). Gelombang tampak mata hijau (visible green) mempunyai kemampuan rambat (propagation) yang lebih pendek di dalam tubuh air dibandingkan dengan gelombang tampak mata biru (visible blue). Sedangkan gelombang tampak mata merah (visible red) merupakan gelombang yang terpendek dalam menebus lapisan kolom air. Di dalam kolom air gelombang tampak mata ini akan mengalami absorsi maupun transmisi. Dan apabila gelombang ini berinteraksi dengan materi yang berada di dalam kolom air barulah akan terjadi refleksi yang nilainya akan direkam oleh sensor pada satelit.
Adapun kaitan antara fenomena alam dari gelombang elektromagnetik ini dengan perikanan pada prinsipnya mengacu pada pangkal dari semua bentuk kehidupan dalam laut, yaitu aktivitas fotosintetik tumbuhan akuatik. Dimana dengan menggunakan bantuan energi cahaya matahari, dapat mengubah senyawa-senyawa anorganik menjadi senyawa organik yang kaya energi dan dapat menjadi sumber makanan bagi semua organisme laut (Nybakken, 1992). Diantara semua tumbuhan akuatik fitoplanktonlah yang mengikat sebagian besar energi matahari, dan menjadi dasar (level pertama) terbentuknya rantai makanan dalam ekosistem bahari, dan sangat penting keberadaannya bagi semua penghuni habitat bahari (Nybakken, 1992; Dupouy, 1991). Pada dasarnya fitoplankton terdiri dari alga yang berukuran mikroskopik yang berisikan pigment fotosintetik berwarna hijau, dan biasa disebut sebagai klorofil (Dupouy, 1991). Klorofil yang berwarna hijau inilah yang pada dasarnya menjadi sumber informasi perikanan laut karena keterkaitannya yang erat dengan produktivitas primer perikanan, sehingga dapat disimpulkan dimana terdapat konsentrasi klorofil yang tinggi disitu terdapat juga konsentrasi biota atau ikan laut yang tinggi.
Dalam kaitannya dengan inderaja, klorofil merupakan obyek yang mudah dianalisa untuk memprediksi potensi perikanan laut. Karena unsur ini akan menyerap gelombang tampak mata biru dan memantulkan gelombang tampak mata hijau secara kuat. Sehingga ketika terjadi peningkatan kandungan klorofil, dapat dilihat adanya peningkatan energi yang dipantulkan oleh gelombang tampak mata hijau, dan penurunan pantulan gelombang tampak mata biru yang signifikan (Gambar 4)(Swain and Davis, 1978).

Gambar 4. Spektral reflektans dari air laut dgn konsentrasi klorofil yang berbeda (Swain and Davis, 1978)
Contoh dari penerapan karakteristik spektrum tampak mata (visible spectrum) untuk memprediksi produktivitas laut (marine productivities) melalui konsentrasi klorofil salah dapat dilihat pada gambar 5. Dimana warna hijau tampak sebagai reaksi dari spektrum tampak mata hijau yang berinteraksi dengan Klorofil dan warna biru merupakan reaksi dari laut yang berinteraksi dengan spektrum tampak mata biru, yang dalam penelitian ini kedua unsur tersebut diberi warna berbeda, yaitu hitam kecoklatan untuk laut dalam, biru untuk konsentrasi klorofil rendah dan hijau untuk konsentrasi klorofil tinggi. Akan tetapi, fitoplankton atau klorofil umumnya hanya menghuni suatu lapisan air permukaan yang tipis dimana terdapat cukup cahaya matahari, dan mempunyai suhu yang relatif homogen. Sedangkan zat hara anorganik yang dibutuhkan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak terletak pada zona fotik yang terdapat jauh dari permukaan dengan suhu yang berbeda jauh (lebih dingin) dengan suhu permukaan. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk mengangkat massa air yang kaya akan hara ini ke permukaan sehingga dapat bercampur dengan massa air permukaan dan dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang (Nybakken, 1992). Dalam hal ini perpindahan massa air ke atas (upwelling), arus-arus divergensi dan arus-arus khusus, yang menyebabkan terjadinya fenomena front dan eddie di laut, dapat memindahkan dan mencampurkan kedua massa air yang berbeda suhu tersebut dengan bantuan kekuatan angin. Upwelling merupakan penaikan massa air laut dingin dan kaya nutrien ke lapisan di atasnya (Longhurst, 1988).

Gambar 5. Distribusi klorofil pada perairan Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan data Modis_Terra (http://www.gsfc.nasa.gov)
Front merupakan pertemuan dua massa air yang berbeda karakteristiknya, misalnya pertemuan antara massa air laut Jawa yang agak panas dengan massa air Samudera Hindia yang lebih dingin dan ditandai dengan gradient suhu permukaan laut yang sangat jelas pada kedua sisi front (Hasyim dan Salma, 1998). Berikut ini merupakan gambaran dari proses terjadinya upwelling (Gambar 6).

Gambar 6. Proses terjadinya upwelling dan downwelling
Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Meskipun demikian pada beberapa tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, meskipun jauh dari daratan. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain, seperti yang terjadi pada daerah upwelling. Sedangkan eddie merupakan gerakan air berpusar searah arus yang disebabkan adanya pertemuan massa air panas dan dingin sehingga dapat tercipta cold ring (cold eddie) dan warm ring (warm eddie) (Gambar 7) (Longhurst, 1988). Upwelling, front dan eddie merupakan perangkap zat hara dari kedua massa air yang berbeda suhu tersebut sehingga dapat merupakan feeding ground bagi jenis-jenis ikan pelagis dan juga dapat menjadi penghalang bagi pergerakan migrasi ikan karena pergerakan airnya yang sangat cepat dan bergelombang besar (Hasyim dan Salma, 1998). Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan stok ikan di ketiga tempat tersebut dan menjadi tempat yang ideal untuk penangkapan ikan jenis pelagis. Dengan demikian suhu dapat menjadi salah satu paramater yang dapat dimanfaatkan oleh sistim inderaja untuk menduga stok ikan, yaitu dengan menggunakan gelombang thermal. Karena obyek di bumi, termasuk tubuh air, juga merupakan sumber radiasi, dimana obyek yang mempunyai suhu di atas nilai absolut 0oC akan memancarkan energi panas ke atmosfir (Lillesand and Kiefer, 1987). Energi inilah yang ditangkap oleh sensor thermal pada satelit untuk diterjemahkan menjadi nilai digital pada citra satelit.

Gambar 7. Perbedaan eddies pada kedalaman perairan(www.oc.nps.navy.mil)
Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan kan khususnya ikan pelagis adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. Armada penangkap ikan berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan sehingga selalu berada dalam ketidakpastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Oleh karena itu, informasi mengenai daerah potensi penangkapan ikan sangat diperlukan dalam pembangunan sektor perikanan, khususnya bagi kegiatan penangkapan ikan. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan survei, eksplorasi dan penelitian-penelitian dengan menelaah karakteristik serta variabilitas dari parameter oseanografi. Pengamatan dan monitoring fenomena oseanografi dan sumberdaya hayati laut memerlukan penggunaan serial data dalam selang waktu observasi tertentu (harian, mingguan, bulanan atau tahunan). Dari citra suhu permukaan laut (SPL) multitemporal dapat diperoleh informasi tentang pola distribusi SPL dan upwelling atau front yang merupakan daerah potensi ikan. Dari citra klorofil-a dapat diperoleh informasi konsentrasi fitoplankton (mg/m3) dengan nilai yang diwakili oleh degradasi warna yang berbeda. Diagram alir untuk analisis daerah potensi perikanan disajikan pada Gambar 8.
KESIMPULAN :
Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang berkembang melalui penelaahan fenomena-fenomena alam dan adanya keinginan untuk memperoleh informasi global mengenai kondisi bumi pada umumnya dan perikanan pada khususnya. Terlebih lagi perikanan laut umumnya mencakup daerah yang luas, remote (jauh) dan sulit diamati manusia tanpa adanya bantuan teknologi. Sehingga dengan mempelajari fenomena alam, pada akhirnya dapat mengembangkan teknologi satelit sebagai salah satu wahana yang dapat digunakan untuk menempatkan sensor inderaja, sehingga dapat diperoleh informasi yang global mengenai kondisi perikanan laut nasional maupun internasional. Teknologi ini dapat menyumbangkan informasi secara kontinu kepada armada nelayan nasional mengenai daerah potensi perikanan tangkap. Dengan kata lain produktivitas perikanan nasional dapat ditingkatkan melalui perkembangkan teknologi ini.

Sumber :

Teknologi di Bidang Budidaya



Di era globalisasi saat ini, kebutuhan akan informasi sangat penting. Apalagi informasi tersebut disertai dengan kecepatan, ketepatan, dan keakuratan informasi yang diterima menjadi tuntutan utama. Pengelolaan sistem informasi yang cepat dan tepat akan sangat membantu suatu instansi pemerintah ataupun swasta dalam mencapai target tujuannya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang teknologi internet sangat berperan dalam berbagai aspek kehidupan.
Saat ini budidaya rumput laut masih lebih popular dibandingkan usaha budidaya ikan (finfish) di laut yang belum berkembang luas.  Jenis dan tingkat pengembangan ikan yang sudah dibudidayakan masih terbatas.  Adapun jenis Ikan Kerapu (grouper), Ikan Kakap Putih (seabass) dan Ikan Bandeng (milkfish), merupakan ikan yang populer dibudidayakan di laut.
Kemajuan teknologi produksi benih untuk spesies ikan laut ekonomis dapat dilakukan dengan berbagai cara sepertihatchery, untuk menghasilkan benih, enclosure atau teluk yang dipasang jaring untuk menjadi tempat budidaya ikan,pen culture atau keramba tancap, cage culture atau keramba apung dan sea ranching. Yang terakhir, untuk menambah populasi ikan, ikan pada stage juvenille atau benih berusia cukup dilepaskan ke laut.
Budidaya perikanan laut memang belum begitu populer, mengingat teknologi ini baru diperkenalkan pada awal tahun 1990-an. Di beberapa daerah, usaha pengembangan budidaya perikanan laut (terutama dengan karamba jaring apung) misalnya ikan kerapu yang berorientasi ekspor telah berkembang dengan baik seperti di Kepulauan Riau. Pengembangan budidaya ikan kerapu (Groupe/Trout) dengan karamba jaring apung (Kajapung) menjadi alternatif untuk mengatasi kendala peningkatan produksi perikanan laut. Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan segar.
Dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan tren yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi.
Selain budidaya ikan juga untuk peningkatan dan kesejahteraan penduduk Pulau Gosong, adalah penerapan teknologi pengolahan air bersih untuk penyediaan air minum dan keperluan sehari hari melalui teknologi Reverse Osmosis. Potensi pariwisata di sekitar pulau juga layak dikedepankan, diapit Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Pulau Gosong memiliki `pemandangan dalam laut` yang tak kalah menariknya dengan Bunaken, serta potensi wisata (diving, fishing,dll) sangat mungkin dikembangkan.
Terkait dengan hal tersebut, pada hari Senin kemarin (11/6) Kepala BPPT, Marzan A. Iskandar bersama Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), Listyani Wijayanti dan Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Nenie Yustiningsih melaksanakan kunjungan kerja ke PT. Nuansa Ayu Karamba yang bertempat di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu.Dengan kunjungan ini diharapkan BPPT mendapatkan gambaran langsung kebutuhan teknologi serta kemungkinan peluang dan prospek pengembangan usaha budidaya laut untuk memperkuat pelaksanaan dan penyusunan rencana program kedepan.


Kamis, 13 November 2014

PENGARUH MAKANAN SEBAGAI SUMBER PROTEIN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN –IKAN AIR TAWAR

PENGARUH MAKANAN SEBAGAI SUMBER PROTEIN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN –IKAN AIR TAWAR
Rifki Krisna Wibowo1*), Siti Aisah2), Risma Astuti Laila3), Wijayanti4), Putri Dhika Basani5)
Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno No 61 Purwokerto Utara 53123

ABSTRAK
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh protein terhadap pertumbuhan pada ikan air tawar. Ikan membutuhkan pakan yang mengandung gizi yang cukup untuk memperoleh pertumbuhan   yang   optimal. Pertumbuhan sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas pakan terutama keseimbangan nutriennya. Nutrien pakan meliputi : kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein memiliki peran penting dalam menunjang proses pertumbuhan ikan. Hal ini terbukti seiring bertambahnya bobot badan ikan setiap mendapat perlakuan yang sesuai dengan ukurannya.
Kata kunci: pakan ikan, protein, pertumbuhan

ABSTRACT
The paper was to determine the effect of the protein on the growth in freshwater fish..Feed containing fish need adequate nutrition to obtain optimum growth. The growth is largely influenced by the quality of feed, especially the balance of nutrients. Feed nutrients include: protein, fat, carbohydrates, vitamins and minerals. Protein has a vital role in supporting the growth process of fish. This is evident with increasing body weight of each fish are treated in accordance with its size.
Keywords: fish feed, proteins, growth

I.                   PENDAHULUAN
Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat cepat. Selanjutnya untuk meningkatkan produksi ikan air tawar dapat dicapai dengan mempercepat laju pertumbuhan. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol, diantaranya faktor keturuna(genetik),  jenis  kelamin, dan  umur.  


1*) Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman, email: rifki_krisna@yahoo.co.id
2)   Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman
3)   Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Jenderal Soedirman
4)   Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Jenderal Soedirman
5)   Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Universitas Jenderal Soedirman
Faktor eksternal utama yanmempengaruhi  pertumbuhan ikan adalah ketersediaan pakan dan kondisi lingkungan perairan. Faktor fisika-kimia perairan yang ekstrim dapat berakibat fatal bagi ikan. Faktor tersebut diantaranya adalah oksigen terlarut,  karbondioksida,  pH, amoniak, dan suhu, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan. Pakan merupakan salah satu komponen  penting  dalam  kegiatan budidaya ikan. Disatu sisi, pakan merupakan   sumber   materi   dan   energi untuk menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan namun disisi lain pakan merupakan  komponen   terbesar   (50%  -   70%) dari biaya produksi. Kian meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual ikan hasil budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi setiap pembudidaya ikan. Menurut Adelina (1999) bahwa pertumbuhan sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas pakan terutama keseimbangan nutriennya. Nutrien pakan meliputi : kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Tingginya harga pakan dari pabrik disebabkan bahan baku utama pakan ikan, seperti tepung ikan dan kedelai masih didatangkan dari luar negeri. Salah satu bahan baku utama yang sering digunakan oleh industri pakan ikan adalah kedelai. Kedelai digunakan sebagai sumber protein nabati. Harga kedelai relatif mahal karena merupakan bahan baku impor. Sementaritu  permintaaakan kedelai dalam pangsa pasar dunia semakin meningkat (Pitojo, 2003). Penggunaan kedelai dalam pembuatan pakan  ikan  dapat  dikurangi  dengan cara mencari bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh dan banyak tersedia di sekitar kita. Upaya pencarian  pakan alternatif yakni pakan alami yang murah serta  mudah  dijangkau  terus  dilakukan agar dapat mengurangi biaya produksi (Perius, 2011).


II.                ISI

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol, diantaranya faktor keturuna(genetik),  jenis  kelamin, dan  umur.  Faktor  eksternal  utama yanmempengaruhi  pertumbuhan ikan adalah ketersediaan pakan dan kondisi lingkungan perairan. Faktor fisika-kimia perairan yang ekstrim dapat berakibat fatal bagi ikan. Faktor tersebut diantaranya adalah oksigen terlarut,  karbondioksida,  pH, amoniak, dan suhu, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan.
Pakan dibutuhkan oleh ikan untuk  sumbeenergi  dan pertumbuhan.  Pakan  merupakan biaya variabel terbesar dalam proses produksi, berkisar 60-70% dari biaya produksi. Menurut Adelina (1999) bahwa pertumbuhan sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas pakan terutama keseimbangan nutriennya. Nutrien pakan meliputi : kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Minggawati (2006) menyatakan bahwa konversi pakan dan laju pertumbuhan juga bergantung pada kandungan nutrien yang terdapat pada pakan. Untuk memperoleh pertumbuhan   yang   optimal pakan ikan harus mengandung gizi yang cukup. Makanan ikan sebagian besar dipergunakan sebagai sumber energi dan mempertahankan kondisi kekebalan tubuhnya, sedangkan selebihnya digunakan untuk pertumbuhannya.

a.         Ikan Bawal air tawar

Berdasarkan hasil penelitian, berat rata-rata benih ikan bawal air tawar pada awal penelitian adalah 3,67 g, sedangkan pada akhir penelitian mencapai berat rata-rata 12,90 g.Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan dan tiga ulangan yang yang memiliki tingkat perbandingan yang berbeda dari bungkil kedelai dan tepung biji karet , sebagai berikut A ( 45 % : 0 % ) ; B ( 40 % : 5 % ) ; C ( 30 % : 15 % ) ;     D ( 20 % : 25 % ) ; E ( 10 % : 35 % ) dan F ( 0 % : 45 % ) . Data dianalisis dengan Anova dan dilanjutkan dengan uji beda paling nyata (P > 0,05 ) . substitusi tepung kedelai dengan tepung biji karet pada tingkat 5 % dapat digunakan sebagai formulasi pakan ikan ikan bawal air tawar . Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa substitusi tepung kedelai dengan tepung biji karet sebesar 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum ).

b.         Ikan Gabus

Hasil perhitungan statistik menunjukkan pemberian pakan pada masing masing perlakuan dengan kandungan protein sebesar 44,4639% - 58,782% tidak mempengaruhi retensi protein ikan gabus (p>0,05). Pemberian pakan dengan kadar protein 44,4639% menghasilkan retensi protein sebesar 48,807%. hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan protein pakan yang dikonsumsi dapat dimanfaatkan oleh tubuh benih ikan gabus (C. striata) bagi pertumbuhannya sebesar (0,48807 x 44,4639 gram) atau 21,7014 gram. Mudjiman (2011) menyatakan, dari sejumlah pakan yang dimakan oleh ikan, kurang lebih hanya 10 persen saja yang digunakan untuk tumbuh atau menambah bobot, sedangkan yang selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna.
Saat pakan diberikan ke dalam akuarium, ikan yang selalu berada di dasar akuarium segera naik ke permukaan mendekati pakan. Respon yang sama antar perlakuan menunjukkan bahwa aroma dari setiap perlakuan sama-sama mampu merangsang nafsu makan ikan. Respon ikan terhadap pakan dipengaruhi oleh aroma pakan, begitu ikan melihat pakan dalam air ikan akan segera mendekati dan apabila bernafsu untuk memakannya maka ikan akan langsung menelannya (Siregar, 2009).

c.         Ikan Koan

Kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan hijauan, dilihat bahwa kandungan protein tertinggi pada pakan hijauan tersebut, dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan koan. Dalam hal ini, protein memiliki peran penting dalam menunjang proses pertumbuhan ikan. Namun pertumbuhan ikan juga dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi lain, selain protein yakni karbohidrat, serat serta unsur lain yang terdapat dalam pakan tersebut. Disamping itu juga, diduga bahwa rasa dan aroma dari pakan hijauan yang kurang disukai oleh ikan, dalam arti selera makan ikan juga dapat mengurangi nafsu makan dari ikan tersebut sehingga menyebabkan pertumbuhan yang dihasilkan sangat rendah.
d.        Benih Ikan Nila

Hasil uji Anova satu arah menunjukkan bahwa pemberian tepung daun jaloh memberikan pengaruh nyata  terhadap pertambahan bobot badan dan laju pertumbuhan harian benih ikan nila (p<0,05), namun tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidupnya (p>0,05). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa penambahan tepung daun jaloh 5-10% dalam pakan memberikan hasil terbaik dari segi pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup, dan hasil ini lebih baik berbanding kontrol (tanpa daun jaloh). Dengan demikian dapat disimpulkan tepung daun jaloh dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif dalam pakan ikan dengan kadar 5-10%. Selanjutnya Fitriliyani (2010) melaporkan angka pertumbuhan harian ikan nila  menurun  seiring  dengan  peningkatan  konsentrasi  daun lamtorogung dalam pakannya. Hal yang sama juga ditemukan pada pemberian daun jaloh dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tepung daun jaloh masih lebih baik berbanding tepung daun Lamtorogung (Leucaena leucocephala) untuk ikan nila, karena menghasilkan laju pertumbuhan harian lebih tinggi. Selain protein, ikan nila juga membutuhkan karbohidrat dan lemak untuk pertumbuhannya.

e.         Ikan Patin

Probiotik  diberikan melalui pakan komersil dengan kadar protein 35.66% selama 40 hari dengan dosis 0, 5, 10, 20 ml/kg. Pakan diberikan secara at satiation  sebanyak 5% dari berat tubuh dengan frekuensi tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95% penambahan probiotik dalam pakan tidak berpengaruh nyata  terhadap  pertumbuhan  patin  dan  kelulushidupan pada semua perlakuan, namun dapat meningkatkan efisiensi pakan dan retensi protein. Penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian probiotik 10   ml/kg pakan cukup untuk mendukung efisiensi pakan dan meningkatkan retensi protein patin. Penambahan probiotik pada pakan dapat meningkatkan nilai protein dan kadar air sedangkan untuk lemak, abu, dan serat kasar menurun, tetapi dengan semakin tingginya dosis probiotik yang diberikan pada pakan nilai tersebut menurun.

Penurunan daya cerna protein ini disebabkan kemampuan ikan mencerna protein hanya sampai batas persentase tertentu, salah satu diantaranya bergantung pada  kandungan serat kasar pada bahan pakan khususnya bahan nabati (Handajani, 2011). Secara umum karbohidrat yang terdapat dalam pakan dapat berupa serat kasar, misalnya selulosa yang sulit dicerna oleh ikan (Hariadi et al., 2005). Menurut penelitian Hemre et al. (2002) bahwa pakan yang mengandung serat kasar tinggi dapat mengurangi bobot badan ikan, dan memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang dapat mengurangi nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi pakan dan menurunkan pertumbuhan ikan.




III.             KESIMPULAN

Protein memiliki peran penting dalam menunjang proses pertumbuhan ikan. Hal ini terbukti seiring bertambahnya bobot badan ikan setiap mendapat perlakuan yang sesuai dengan ukurannya. Namun pertumbuhan ikan juga dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi lain, selain protein yakni karbohidrat, serat serta unsur lain yang terdapat dalam pakan. Disamping itu juga, rasa dan aroma dari pakan yang kurang disukai oleh ikan, dalam arti selera makan ikan juga dapat mengurangi nafsu makan dari ikan tersebut sehingga menyebabkan pertumbuhan yang dihasilkan sangat rendah.  Disamping itu faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kualitas air, kualitas air harus dalam keadaan optimal.


































IV.             DAFTAR PUSTAKA

Adelina. 1999. Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (C.macropomum). Tesis Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor.

Fitriliyani, L. 2010. Evaluasi nilai nutrisi tepung daun lamtorogung (Leucaena leucophala) terhidrolisis dengan ekstrak enzim cairan remen domba (Ovis aries) terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur Indonesia, 9(1): 30-37.

Handajani, H. 2011. Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi pada pakan ikan untuk meningkatkan produktivitas ikan nila gift. Jurnal Teknik Industri, 12(2): 178-184.

Hariadi, B., A. Haryono, U. Susilo. 2005. Evalusai efisiensi pakan dan efisiensi protein pada ikan kerapu (Ctenopharyngodon idella Val.) yang diberi pakan dengan kadar karbohidrat dan energi yang berbeda. Jurnal Ichtyos, 4(2): 88-92.

Hemre, G.I., T.P. Mommsen, A. Krogdahl. 2002. Carbohydrates in fish nutrition efects on growth, glucose metabolism and hepatic enzymes. Aquaculture Nutrition, 8: 175-194.






















LAMPIRAN
*1. Rifki Krisna Wibowo H1K013048
Yanti, Zuraidha., dkk. 2013. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila “ Oreochromis niloticus “ pada beberapa konsentrasi tepung daun jaloh “ Salix tetrasperma “ dalam pakan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Vol : 1, No. 2, Hal : 16-19
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/depik/article/download/544/454
2. Siti Aisah H1K013018
Babo, Desmianti., dkk. 2013. Pengaruh beberapa jenis pakan hijauan terhadap pertumbuhan ikan KoanStenopharyngodon idella”. Universitas Sam Ratulangi . Vol : 1, No. 3, Hal : 3–6
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/bdp/article/download/2716/2269

3. Risma Astuti Laila H1G013030
Setiawati, Endang Jariyah., dkk. 2013. Pengaruh penambahan probiotik pada pakan dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan, kelulushidupan, efisiensi pakan dan retensi protein ikan patin “ Pangasius hypophthalmus “ . Fakultas Pertanian Universitas Negeri Lampung. Vol : 1, No. 2, Hal : 152-162
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/bdpi/article/download/119/124

4. Wijayanti H1G013018
Santoso, Limin dan Heri Agusmansyah. 2011. Pengaruh substitusi tepung kedelai dengan tepung biji karet pada pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar “ Colossoma macropomum “ . Library Universitas Negeri Riau. Vol : 39, No. 2, Hal  : 41 – 50
http://lib.unri.ac.id/data/images/phocadownload/5.%20Limin%20-%20biji%20karet.pdf
5. Putri Dhika Basani H1H013007
Kurnia, Ditari., dkk. 2013. Pengaruh substitusi Artemia spp” dengan keong mas Pomacea Canaliculata “ dan cacing tanah “ Lumbricus rubellus terhadap pertumbuhan dan retensi protein benih ikan gabus Channa striata. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Vol : 5, No. 2, Hal : 157-161
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jipk5963d50933full.pdf