Jumat, 19 Desember 2014

BIOFLOK

APA YANG DIMAKSUD BIOFLOK (BIOFLOC) ??
Bioflok merupakan agregat diatom, makroalga, pelet sisa, eksoskeleton organisme mati, bakteri, protista dan invertebrata juga mengandung bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain yang berdiameter 0,1-2 mm. Bahan-bahan organik itu merupakan pakan alami ikan dan udang yang mengandung nutrisi baik, yang mampu disandingkan dengan pakan alami, sehingga pertumbuhan akan baik bahkan jumlah pakan yang diberikan bisa diturunkan.(Probiotik)

MENURUT TEORI BIOFLOKULASI
Bioflok adalah tehnik pengolahan limbah cair untuk makroagregat yang dihasilkan dalam sistem lumpur aktif. Lumpur aktif bisa juga diibaratkan sebagai sup mikroba yang terbentuk dari pemberian aerasi terus menerus pada biomassa tersuspensi dan mikroorganisme penguraian dalam limbah cair. 

TERBENTUKNYA BIOFLOK DALAM AIR
Proses ini dimulai dari proses nitrifikasi yang reaksinya adalah amonia plus oksigen menjadi ion nitrit dan akhirnya nitrat dan air, pada reaksi ini terdapat campur tangan bakteri oksidasi amonia dan bakteri oksidasi nitrit, artinya semua proses ini memerlukan oksigen yang cukup tinggi yaitu 4 ppm pada siang hari dan 6 ppm pada malam hari. 
Mikroorganisme seperti bakteri dengan kemampuann lisis bahan organic memanfaatkan detritus sebagai makanan. Sel bakteri mensekresi lendir metabolit , biopolymer (polisakarida , peptida, dan lipid) atau senyawa kombinasi dan terakumulasi di sekitar dinding sel serta detritus. Kesalingtertarikan antar dinding sel bakteri menyebabkan munculnya flok bakteri. (Aquacultur.blogspot)

BIOFLOK DALAM BUDIDAYA LELE
Kita ketahui dengan sifat nafsu makan yang tinggi dan usus pendek dari ikan lele menyebabkan ikan lele mudah lapar namun cepat menyebabkan akumulasi kotoran menumpuk. Tehnik Bioflok pada intinya mereduksi bahan-bahan organik dan senyawa beracun yang terakumulasi dalam air pemeliharaan ikan. Dengan sistem self-purifikasi didapat hasil akhir meningkatkan effisiensi pemanfaatan pakan dan peningkatan kualitas air. Hasilnya adalah :
1. Pakan ikan lele akan lebih effisien
2. Pertumbuhan ikan lele akan rampag artinya selama kegiatan budidaya tidak ada kegiatan penyortiran.
3. Kecepatan pertumbuhan ikan yang lebih optimal dengan masa waktu panen yang lebih singkat.
4. Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m3.
5. Ikan sehat dan gesit serta mengurangi penyakit pada ikan.

SYARAT KOLAM BIOFLOK
1. Membutuhkan probiotik pembentuk flok. Seperti bakteri Bacillus sp : Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp..Probiotik bisa dibeli dipasaran dengan harga yang murah dan bisa diperbanyak dengan molase supaya lebih hemat.

contoh probiotik yang mengandung bakteri pembentuk flok
contoh probiotik yang mengandung bakteri pembentuk flok

2. Membutuhkan oksigen yang tinggi didalam kolam kisaran 4 ppm-6 ppm. Bisa menggunakan pompa celup dengan ketinggian pompa 2,5 meter dengan kekuatas 43 watt.
3. Penambahan bahan baku stater yang mengandung karbon seperti molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula.
4. Kondisi lingkungan air kolam dibuat selalu mengaduk dengan bantuan semburan air atau aerator.

CIRI-CIRI AIR KOLAM YANG TERBENTU BIOFLOK
1. Warna air kolam coklat kekuningan semakin lama akan coklat kemerahan.
2. Air kolam tidak berbau.
3. Air kolam lebih encer dan tidak kental.
4. Jika diambil sampel airnya didiamkan beberapa menit, terdapat endapan coklat kehijauan yang melayang-layang didalam air.
5. Ikan lele sehat dan gesit.

Mengapa dibutuhkan bahan Penambahan Bahan yang mengandung karbon kedalam air kolam.
Didalam sistem bioflok membutuhkan oksigen, sisa pakan, air yang tersuspensi dan bantuan bakteri probiotik didalam kolam. Bakteri ini membutuhkan makanan untuk bermetabolisme dan berkembang menjadi jumlah yang mampu menguraikan sisa pakan didasar kolam. Bakteri dapat memanfaatkan ammonia-nitrogen dengan effisien jika perbandingan C/N sekitar 15-25 : 1. Sehingga kekurangan karbon dilakukan kegiatan penambahan bahan ke dalam kolam seperti gula, molase , tepung tapioka, tepung terigu, dan dedak.
Menurut perhitungan dengan pemberian pakan pelet dengan kandungan protein 34%, dengan luasan kolam ukuran 5 x 2 tinggi 1 meter.Setiap hari diberikan 2 ons bahan karbon kedalam kolam.

Sumber :
Berbagai Jurnal
Randi Farm (www.randifarm.com)

http://www.keboen-ikan.com/2013/03/biofloc-bioflok-sistem-budidaya-ikan.html

Kamis, 18 Desember 2014

Red Water System

Red Water System adalah salah satu cara baru dalam kegiatan budidaya ikan lele dengan memanfaatkan bakteri Lactobacillus dan bakteri Saccharomyces dalam proses pembesaran benih ikan lele tanpa ganti air kolam hingga panen dengan cara fermentasi Yakult, Ragi Tape dan Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / GulaMerah).

Seperti kita ketahui, tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap didasar kolam dapat mengganggu kesehatan ikan. Nah, Red Water System ini memanfaatkan tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolam menjadi kebutuhan makanan bagi bakteri Lactobacillus dan Saccharomyces, kotoran-kotoran tersebut akan diserap sebagai pakan utamanya.

Untuk diketahui, Saccharomyces memang bukanlah bakteri, tetapi sejenis ragi/yeast yang tujuannya memberikan Lactobacillus dalam memberikan asam organik didalam kolam yang akan merangsang tumbuhnya bakteri ungu/purple non sulfur.

Kolam Red Water System hanya ideal untuk penebaran benih ikan lele dalam jumlah 300 ekor/m3 (tanpa aerasi) dan 500 ekor/m3 (dengan bantuan aerasi) tanpa perlu ganti air hingga panen. Sistem ini sangat cocok bagi Anda yang terlalu sibuk dengan kegiatan lain ataupun yang malas berurusan dengan sedot-menyedot kotoran ikan lele di dasar kolam.

Sebagai catatan, agar tidak terjadi booming kotoran ikan yang tidak terserap semua oleh kedua bakteri tersebut, maka penting untuk menempatkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam sebanyak 1 Kg/m3 (bukan dibagian dasar kolam) yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus di dalam air kolam lele.


PROSES APLIKASI RED WATER SYSTEM (RWS):
1. Bahan-Bahan:


a. Air Bersih = 18 liter.
b. Yakult = 4 botol.
c. Ragi Tape = 2 butir.
d. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1 liter.
e. Air Kelapa Murni (dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua.
f. Jerigen 20 liter = 1 unit.

2. Cara Mengolah Bahan:


Masukkan air bersih 18 liter ke dalam Jerigen bersih, kemudian tuangkan 4 botol Yakult, 1 liter Molasses, 2 butir Ragi Tape (yang sudah di tumbuk halus) dan Air Kelapa Murni ke dalam jerigen yang telah berisi air bersih. Kocok jerigen selama 1-2menit agar semua bahan2 terlarut merata.

Simpan jerigen beserta bahan-bahan tersebut selama 6-7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan didalam jerigen berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol.

3. Cara Aplikasi Bahan Pada Kolam Ikan Lele:


Kolam yang telah berisi air bersih bebas kandungan logam berat beserta benih ikan lele diberi tetesan Fermentasi Yakult, Molasses, Ragi dan Air Kelapa yang sudah jadi di jerigen setiap hari secara merata ke seluruh permukaan kolam. Setiap 1 m3 (meter kubik) kolam, di teteskan 100 ml bahan fermentasi tersebut atau setara dengan 1/2 gelas Aqua.

Sisa bahan fermentasi tetap di simpan didalam jerigen untuk digunakan lagi pada hari-hari berikutnya. Dan lakukan penetesan bahan fermentasi itu setiap hari dengan jarak waktu 24 jam.

Letakkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam sebanyak 1 Kg/m3 (bukan dibagian dasar kolam) yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus di dalam air kolam lele.

Akibat penetesan bahan fermentasi diatas setiap hari, maka dari hari ke hari air kolam akan berubah warna perlahan-lahan dari warna Hijau, Coklat hingga menjadi warna Merah muda.

Jangan panik dengan air menjadi berwarna Merah, karena sesungguhnya air kolam seperti itu dalam keadaan sangat sehat bagi ikan dan sangat minim kotoran ikan karena telah di makan oleh bakteri Lactobacillus dan juga diserap oleh Arang yang di letakkan dipinggir-pinggir dinding kolam.

Disarankan untuk memasang 2 titik selang aerasi udara, yang bertujuan untuk mengaduk bakteri Lactobacillus yang mengendap di dasar kolam agar dapat terus berada merata di semua area kolam.

4. Pemberian Pakan Ikan Lele:


Pemberian pakan pelet pada ikan lele disarankan untuk di rendam dulu dengan air hangat lalu di dinginkan dengan cara di angin-anginkan sebelum ditebar ke kolam. Pelet yang kurang lembut sering menjadi penyebab perut ikan kembung dan luka pada usus yang akhirnya menimbulkan kematian pada benih lele.

Kasus perut kembung pada benih lele juga sering terjadi saat peralihan pelet misalnya dari pelet FF 999 menuju ke pelet 781 (-1) dan seterusnya.

Pemberian pakan / pelet pada sistem ini tidak diperlukan lagi Probiotik, karena hasil fermentasi bahan-bahan Red Water System (RWS) ini juga adalah Probiotik.

Artikel rujukan:

RED WATER SYSTEM
oleh Prof. Ibnu Sahidhir


1. Atasi sumber air sumur / sumur bor dari kandungan logam berat seperti, zat besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu) dan alumunium (Al) dengan filter karbon aktif, atau dengan penaburan Kapur Dolomit sebanyak 300 gram/m3 pada seluruh permukaan air kolam (jumlah Dolomit disesuaikan dengan luas kolam dan tinggi air yang direncanakan). 

2. Penetesan bahan-bahan hasil fermentasi Yakult, Molases, Ragi, dan Air Kelapa sesuai dosis yang dianjurkan, hanya dilakukan hingga air kolam berubah berwarna menjadi Merah. Jika air kolam sudah berwarna Merah, maka penetesan hasil fermentasi tersebut harus dihentikan / di stop.

Proses perubahan air kolam menjadi Merah saat diberikan tetesan bahan-bahan hasil fermentasi itu adalah diawali dengan perubahan air kolam menjadi warna Hijau bila matahari terang terus menyinari air kolam, selanjutnya dari air Hijau akan berubah menjadi warna Coklat dan akhirnya air kolam berubah menjadi warna Merah. Ketika sudah berwarna Merah, penetesan bahan-bahan fermentasi di stop / dihentikan.

Pada bagian lain, air kolam juga bisa berubah menjadi warna Hitam, jika proses penetesan bahan fermentasi pada air kolam tidak memperoleh sinar matahari yang cukup (karena sering hujan/mendung). Maka proses Red Water dapat disebut rusak, sebab itu sebelum air kolam menjadiwarna Hitam, maka segeralah air kolam di buang 10% dan di ganti dengan air yang baru 10% dan dilakukan dalam beberapa hari sambil terus diteteskan bahan2 hasil fermentasi tersebut sampai air berubah menjadi Merah. 

3. Jika suatu hari mencium air kolam Merah mulai berbau, maka kurangi pemberian pakan/pelet atau dipuasakan sehari yang disertai dengan memberikan Kapur Dolomit pada air kolam.

Sumber: Prof. Ibnu Sahidhir, Peneliti Bidang Perikanan pada Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, Provinsi Aceh.

http://elvandi.blogspot.com/2014/09/red-water-system-untuk-budidaya-ikan-lele.html

Jumat, 12 Desember 2014

Sistem Pemeliharaan Ikan di Karamba Jaring Apung


Putri Dhika Basani
     H1H013007

Sistem Pemeliharaan Ikan di Karamba Jaring Apung
   Budidaya ikan laut di jaring apung (floating cages) di Indonesia tergolong masih baru. Perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun 1989 yang ditandai dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakan pemijahan / pembenihan sekaligus pembesaran ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di daerah Lampung untuk tujuan komersial. Jenis-jenis ikan laut lain yang dapat dibudidayakan dipilih berdasarkan potensi sumber daya yang ada jenis ikan yang sudah umum dibudidayakan serta teknologinya yang sudah dikuasai/dihasilkan sendiri di Indonesia, guna untuk menghindari resiko kegagalan yang besar.
Keramba jaring apung (cage culture) adalah sistem budidaya dalam wadah berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di perairan seperti danau, waduk, sungai, selat dan teluk. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi dan rumah jaga. Kantong jaring terbuat dari bahan polyethelene dan polyprophelene dengan berbagai ukuran mata jaring dan berbagai ukuran benang, berfungsi sebagai wadah untuk pemeliharaan dan treatment ikan. Pelampung terbuat dari drum plastik, drum besi bervolume 200 liter, styrofoam atau gabus yang dibungkus dengan kain terpal yang berfungai untuk mempertahankan kantong jaring tetap mengapung di dekat permukaan air. Rochdianto (2005) menambahkan, Keramba jaring apung ditempatkan dengan kedalaman perairan lebih dari 2 meter.
Kegiatan pembesaran ikan dikaramba jarring apung dapat dilakukan sebagai berikut:
1.             Penebaran Benih
Benih yang ditebar sebaiknya memiliki ukuran yang sama dan seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya dikhawatirkan akan mendominasi benih lainnya, baik dalam persaingan hidup maupun persaingan mendapat makanan. Padat penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5 kg/m2. Padat penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40 kg/m2 (Rochdianto, 2005).
2.       Pemberian Pakan
Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari.
3.       Pengendalian hama dan penyakit
          Pada pembesaran ikan di jaring terapung hama yang mungkin menyerang Cara untuk menghindari dari serangan adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembaran jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan juga tidak akan berlompatan keluar.
Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi. Parasit dapat dikendalikan dengan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1%. Pengendalian jamur menggunakan malachyt green oxalat. Sedangkan Penyakit bakteri dapat dibasmi dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm.
4.       Pengontrolan dan Perawatan keramba
Pengontrolan dan perawatan wadah budi daya perlu diperhatikan secara periodik. Setiap kali selesai panen, jaring harus diangkat dan bila ada bagian-bagian jaring yang rusak atau sobek, sesegera mungkin diperbaiki atau diganti. Apabila hal ini tidak dilakukan maka ikan akan lolos dari jaring atau hama dapat masuk ke dalam jaring dan memangsa ikan peliharaan. Pengontrolan serupa juga pelu dilakukan untuk peralatan lainnya seperti pelampung, kerangka keramba dan tali temali.
5.       Pemanenan
Pemanenan dilakukan secara selektif karena pertumbuhan ikan tidak seragam. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan.

Referensi:
Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut di Jaring Apung, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1994
Rochdianto, A. 2005. Budi Daya Ikan di Jaring Terapung.Penebar Swadaya:Jakarta. 98 hal