Putri Dhika Basani
H1H013007
Sistem Pemeliharaan Ikan di Karamba Jaring Apung
Budidaya
ikan laut di jaring apung (floating cages) di Indonesia tergolong masih baru.
Perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun 1989 yang ditandai
dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakan pemijahan / pembenihan sekaligus
pembesaran ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di daerah Lampung
untuk tujuan komersial. Jenis-jenis ikan laut lain yang dapat dibudidayakan
dipilih berdasarkan potensi sumber daya yang ada jenis ikan yang sudah umum
dibudidayakan serta teknologinya yang sudah dikuasai/dihasilkan sendiri di
Indonesia, guna untuk menghindari resiko kegagalan yang besar.
Keramba jaring apung (cage culture) adalah sistem
budidaya dalam wadah berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan
ditempatkan di perairan seperti danau, waduk, sungai, selat dan teluk. Sistem
ini terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung,
jalan inspeksi dan rumah jaga. Kantong jaring terbuat dari bahan polyethelene
dan polyprophelene dengan berbagai ukuran mata jaring dan berbagai ukuran
benang, berfungsi sebagai wadah untuk pemeliharaan dan treatment ikan.
Pelampung terbuat dari drum plastik, drum besi bervolume 200 liter, styrofoam
atau gabus yang dibungkus dengan kain terpal yang berfungai untuk
mempertahankan kantong jaring tetap mengapung di dekat permukaan air.
Rochdianto (2005) menambahkan, Keramba jaring apung ditempatkan dengan
kedalaman perairan lebih dari 2 meter.
Kegiatan pembesaran ikan dikaramba jarring apung
dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Penebaran Benih
Benih yang ditebar sebaiknya memiliki ukuran yang
sama dan seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya dikhawatirkan
akan mendominasi benih lainnya, baik dalam persaingan hidup maupun persaingan
mendapat makanan. Padat penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5 kg/m2.
Padat penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40 kg/m2
(Rochdianto, 2005).
2.
Pemberian Pakan
Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena
pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian
terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan. Pemberian pakan
dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan
malam hari.
3.
Pengendalian hama dan penyakit
Pada pembesaran ikan di jaring
terapung hama yang mungkin menyerang Cara untuk menghindari dari serangan
adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembaran jaring dan
memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Cara ini
berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan juga tidak akan
berlompatan keluar.
Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri
dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah
keracunan dan kekurangan gizi. Parasit dapat dikendalikan dengan metil biru
atau methilene blue konsentrasi 1%. Pengendalian jamur menggunakan malachyt
green oxalat. Sedangkan Penyakit bakteri dapat dibasmi dengan merendam ikan dalam
larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm.
4.
Pengontrolan dan Perawatan keramba
Pengontrolan dan perawatan wadah budi daya perlu
diperhatikan secara periodik. Setiap kali selesai panen, jaring harus diangkat
dan bila ada bagian-bagian jaring yang rusak atau sobek, sesegera mungkin
diperbaiki atau diganti. Apabila hal ini tidak dilakukan maka ikan akan lolos
dari jaring atau hama dapat masuk ke dalam jaring dan memangsa ikan peliharaan.
Pengontrolan serupa juga pelu dilakukan untuk peralatan lainnya seperti
pelampung, kerangka keramba dan tali temali.
5.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan secara selektif karena
pertumbuhan ikan tidak seragam. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan
menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan.
Referensi:
Petunjuk
Teknis Budidaya Ikan Laut di Jaring Apung, Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian, 1994
Rochdianto, A.
2005. Budi Daya Ikan di Jaring Terapung.Penebar
Swadaya:Jakarta. 98 hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar