Seperti kita ketahui, tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap didasar kolam dapat mengganggu kesehatan ikan. Nah, Red Water System ini memanfaatkan tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolam menjadi kebutuhan makanan bagi bakteri Lactobacillus dan Saccharomyces, kotoran-kotoran tersebut akan diserap sebagai pakan utamanya.
Untuk diketahui, Saccharomyces memang bukanlah bakteri, tetapi sejenis ragi/yeast yang tujuannya memberikan Lactobacillus dalam memberikan asam organik didalam kolam yang akan merangsang tumbuhnya bakteri ungu/purple non sulfur.
Kolam Red Water System hanya ideal untuk penebaran benih ikan lele dalam jumlah 300 ekor/m3 (tanpa aerasi) dan 500 ekor/m3 (dengan bantuan aerasi) tanpa perlu ganti air hingga panen. Sistem ini sangat cocok bagi Anda yang terlalu sibuk dengan kegiatan lain ataupun yang malas berurusan dengan sedot-menyedot kotoran ikan lele di dasar kolam.
Sebagai catatan, agar tidak terjadi booming kotoran ikan yang tidak terserap semua oleh kedua bakteri tersebut, maka penting untuk menempatkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam sebanyak 1 Kg/m3 (bukan dibagian dasar kolam) yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus di dalam air kolam lele.
PROSES APLIKASI RED WATER SYSTEM (RWS):
1. Bahan-Bahan:
a. Air Bersih = 18 liter.
b. Yakult = 4 botol.
c. Ragi Tape = 2 butir.
d. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1 liter.
e. Air Kelapa Murni (dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua.
f. Jerigen 20 liter = 1 unit.
2. Cara Mengolah Bahan:
Masukkan air bersih 18 liter ke dalam Jerigen bersih, kemudian tuangkan 4 botol Yakult, 1 liter Molasses, 2 butir Ragi Tape (yang sudah di tumbuk halus) dan Air Kelapa Murni ke dalam jerigen yang telah berisi air bersih. Kocok jerigen selama 1-2menit agar semua bahan2 terlarut merata.
Simpan jerigen beserta bahan-bahan tersebut selama 6-7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan didalam jerigen berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol.
3. Cara Aplikasi Bahan Pada Kolam Ikan Lele:
Kolam yang telah berisi air bersih bebas kandungan logam berat beserta benih ikan lele diberi tetesan Fermentasi Yakult, Molasses, Ragi dan Air Kelapa yang sudah jadi di jerigen setiap hari secara merata ke seluruh permukaan kolam. Setiap 1 m3 (meter kubik) kolam, di teteskan 100 ml bahan fermentasi tersebut atau setara dengan 1/2 gelas Aqua.
Sisa bahan fermentasi tetap di simpan didalam jerigen untuk digunakan lagi pada hari-hari berikutnya. Dan lakukan penetesan bahan fermentasi itu setiap hari dengan jarak waktu 24 jam.
Letakkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam sebanyak 1 Kg/m3 (bukan dibagian dasar kolam) yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus di dalam air kolam lele.
Akibat penetesan bahan fermentasi diatas setiap hari, maka dari hari ke hari air kolam akan berubah warna perlahan-lahan dari warna Hijau, Coklat hingga menjadi warna Merah muda.
Jangan panik dengan air menjadi berwarna Merah, karena sesungguhnya air kolam seperti itu dalam keadaan sangat sehat bagi ikan dan sangat minim kotoran ikan karena telah di makan oleh bakteri Lactobacillus dan juga diserap oleh Arang yang di letakkan dipinggir-pinggir dinding kolam.
Disarankan untuk memasang 2 titik selang aerasi udara, yang bertujuan untuk mengaduk bakteri Lactobacillus yang mengendap di dasar kolam agar dapat terus berada merata di semua area kolam.
4. Pemberian Pakan Ikan Lele:
Pemberian pakan pelet pada ikan lele disarankan untuk di rendam dulu dengan air hangat lalu di dinginkan dengan cara di angin-anginkan sebelum ditebar ke kolam. Pelet yang kurang lembut sering menjadi penyebab perut ikan kembung dan luka pada usus yang akhirnya menimbulkan kematian pada benih lele.
Kasus perut kembung pada benih lele juga sering terjadi saat peralihan pelet misalnya dari pelet FF 999 menuju ke pelet 781 (-1) dan seterusnya.
Pemberian pakan / pelet pada sistem ini tidak diperlukan lagi Probiotik, karena hasil fermentasi bahan-bahan Red Water System (RWS) ini juga adalah Probiotik.
Artikel rujukan:
RED WATER SYSTEM
oleh Prof. Ibnu Sahidhir
1. Atasi sumber air sumur / sumur bor dari kandungan logam berat seperti, zat besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu) dan alumunium (Al) dengan filter karbon aktif, atau dengan penaburan Kapur Dolomit sebanyak 300 gram/m3 pada seluruh permukaan air kolam (jumlah Dolomit disesuaikan dengan luas kolam dan tinggi air yang direncanakan).
2. Penetesan bahan-bahan hasil fermentasi Yakult, Molases, Ragi, dan Air Kelapa sesuai dosis yang dianjurkan, hanya dilakukan hingga air kolam berubah berwarna menjadi Merah. Jika air kolam sudah berwarna Merah, maka penetesan hasil fermentasi tersebut harus dihentikan / di stop.
Proses perubahan air kolam menjadi Merah saat diberikan tetesan bahan-bahan hasil fermentasi itu adalah diawali dengan perubahan air kolam menjadi warna Hijau bila matahari terang terus menyinari air kolam, selanjutnya dari air Hijau akan berubah menjadi warna Coklat dan akhirnya air kolam berubah menjadi warna Merah. Ketika sudah berwarna Merah, penetesan bahan-bahan fermentasi di stop / dihentikan.
Pada bagian lain, air kolam juga bisa berubah menjadi warna Hitam, jika proses penetesan bahan fermentasi pada air kolam tidak memperoleh sinar matahari yang cukup (karena sering hujan/mendung). Maka proses Red Water dapat disebut rusak, sebab itu sebelum air kolam menjadiwarna Hitam, maka segeralah air kolam di buang 10% dan di ganti dengan air yang baru 10% dan dilakukan dalam beberapa hari sambil terus diteteskan bahan2 hasil fermentasi tersebut sampai air berubah menjadi Merah.
3. Jika suatu hari mencium air kolam Merah mulai berbau, maka kurangi pemberian pakan/pelet atau dipuasakan sehari yang disertai dengan memberikan Kapur Dolomit pada air kolam.
Sumber: Prof. Ibnu Sahidhir, Peneliti Bidang Perikanan pada Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, Provinsi Aceh.
http://elvandi.blogspot.com/2014/09/red-water-system-untuk-budidaya-ikan-lele.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar